Suatu ketika si ibu melakukan perjalanan dengan menumpang perahu layar dari
daratan tempat kediamannya menyeberangi lautan menuju suatu daerah dimana
anaknya sedang menuntut ilmu. Ditengah perjalanan, perahu tiba-tiba datang
badai dan ombak yang sangat ganas menghempaskan perahu, sehingga perahu
layar tersebut berjalan tak tentu arah terbawa ombak. Melihat kejadian
tersebut, semua penumpang kecuali ibu ini, berteriak-teriak histeris karena
ketakutan, ada yang mencari pelampung, ada yang saling berpelukan dengan
anggota keluarga dan teman seperjalanan dan ada juga yang sudah meloncat ke
air untuk berusaha berenang mencari pantai dilautan yang tidak kelihatan
tepiannya. Sang nakhoda tetap berusaha mengendalikan perahu layar tersebut
semampunya dengan harapan jangan sampai perahu itu terbalik dan tenggelam.
tenang sambil sesekali menengadahkan wajah dan tangannya ke atas dengan
bibir komat-kamit. Seorang awak kapal ternyata memperhatikan si ibu tua itu
dan kemudian ia mendekati seraya berkata :” Ibu… apa yang sedang engkau
lakukan, mengapa ibu diam saja dan tidak berusaha untuk menyelamatkan diri
..”? Lalu sang ibu memndang awak kapal itu dengan senyum yang sangat ikhlas
dan tenang, lalu dia berkata :” apakah yang dapat aku lakukan disaat
seperti ini..”? Awak kapal menjawab :” pergilah cari pelampung atau
masuklah ke sekoci bersama dengan penumpang yang lain” Si ibu kembali
bertanya..” apakah dengan kondisiku yang sedemikian ini akan mampu berebut
pelampung atau mampu bertahan untuk saling mendorong di dalam sekoci yang
sekecil itu..? apakah kapal ini tidak lebih besar dari sekoci itu untuk
tempat berteduk dan berlindung..”? lalu sang awak kapal menjawab :” ibu,
kapal ini akan tenggelam karena sudah terlalu banyak air laut yang masuk”
Kemudian si ibu menjawab :” aku sangat berbahagia untuk tetap tinggal di
kapal ini, karena sekoci dan pelampung itu tidak akan pernah sampai ke
daratan yang akan kita tuju, karena mereka tidak akan kuasa menentukan
arahnya, sementara Jikalau Tuhan mengijinkan kapal ini bertahan, maka akan
sampailah kita ke daratan tujuan kita dan aku akan bertemu dengan anakku
yang kucintai yang sedang menungguku disana”. Si awak kapal bingung dan
kembali bertanya :” bagaimana sekiranya kita tidak mampu untuk meneruskan
perjalanan dan kita putar haluan untuk kembali..?” si ibu menjawab :” aku
juga akan berbahagia, karena aku akan kembali berkumpul dengan suami ku
yang sedang menunggu ku di rumah..” Lalu si awak kapal kembali bertanya:”
Bagaimana kalau kapal ini tenggelam dan kita akan mati ditelan ombak
badai..?” si ibu kembali menjawab dengan tenang dan senyum :” aku juga
akan tetap berbahagia, karena aku akan bertemu dengan anakku yang telah
lama pergi menghadap Sang Penciptanya”. Seketika itu sang awak kapal baru
tersadar.., ternyata ketabahan ibu ini sungguh luar biasa, lalu dengan
tangan yang lembut ia menuntun ibu tua itu untuk masuk menuju ruang awak
kapal serta berkata ” Terimakasih Ibu, engkau telah memberiku pelajaran
yang sangat berharga, bahwa hidup harus dihadapi dengan ketenangan jiwa dan
terutama penyerahan diri kepada Tuhan Sang Pencipta”
—————————————
Dalam menghadapi perjalanan hidup di dunia kita mestilah ada pegangan hidup dan
ketenangan jiwa kerana walau sepandai dan sebijak serta sekaya mana pun kita
namun sebagai manusia yang tiada ketenangan jiwa hidup kita pasti tak bahagia.
carilah KETENANGAN JIWA kerana didalamnya ada KEBAHAGIAAN.
tetapi kita selalu menjadi keliru dan hilang arah tujuan sehingga semuanya menjadi kalut...
1 comment:
HIDUP INI TIADA MANFAATNYA.... JIKA BERPALING DARI MAHA ESA..... CINTA INI TIADA FAEDAHNYA JIKA TIADA RASA KASIH PADA RASUL-NYA.... DIRI INI TIADA GUNANYA..... JIKA TIADA HORMAT PADA KEDUA IBU BAPA.... MARUAH KITA TIADA HARGANYA JIKA KITA LUPA AKAN AGAMA
Post a Comment